Pages

Friday, July 10, 2009

Khitanan Kakak Hafidz dan Adek Ilal




Kurang lebih dua tahun untuk membujuk kakak hafidz untuk mau berkhitan. Akhirnya saat liburan sekolah ini kakak mau juga dan diikuti oleh adek Ilal. Seminggu sebelum hari H- nya, mereka begitu meyakinkan sepertinya mereka benar – benar sudah siap.

Mulailah aku menghubungi beberapa rumah sakit, untuk dapat berkonsultasi dengan dokter bedahnya. Tiga kali pertemuan barulah Sirkumsisi (circumcision/khitan)
khitanannya dapat dilaksanakan.

Pertama, Konsultasi dengan dokter bedahnya, kakak Hafidz dan adek Ilal ditanya sudah berani belum, sudah siap belum? Kakak Hafidz dengan mantap menjawab sudah siap.
Kedua, Dari rumah anak – anak sudah siap untuk dikhitan tetapi sampai di ruang praktek dokter mereka semua pada ketakutan dan menangis. Gak jadi deh hari itu berkhitan. Akhirnya sesuai dengan saran dokter bedahnya maka, kakak hafidz dan adek Ilal, tetap dapat berkhitan esok hari .
Ketiga, Jam 04.00 dini hari Kakak Hafidz dan adek Ilal mulai puasa karena nanti jam !0.00 akan dilaksanakan khitanannya.

Suasana di ruang persiapan operasi

Mula – mula kakak Hafidz yang dibius oleh dokter anastesinya, setelah kakak tidak sadar dibawa keruang operasi untuk di lakukan khitanannya Lalu adek Ilal yang langsungg dibawa ke ruang operasi jadi proses pembiusannya dilakukkan langsung di kamar operasi. Di ruang operasi adek Ilal cerita diminta untuk tiup balon, kemudian adek di bius. Setelah dilakukan khitanannya adek dibawa keruang pemulihan dalam keadaan belum sadar. Setelah sadar adek panik langsung duduk dan mulai membuka alat –alat yang terpasang dibadannya. Lalu adek menangis minta pulang dan tidak mau tiup balon lagi.

Sekarang Kakak Hafidz dan Adek Ilal sudah sembuh dan dudah bisa bermain lagi.

No comments:

Post a Comment