Pages

Thursday, January 22, 2009

Ranking Kakak Hafidz

Sulungku, hampir 8th kelas III SD. bercerita tentangnya gak ada abis-abisnya. Anaknya lumayan cerewet, maunya minta perhatian yang lebih. Tetapi mudah berempati dengan orang lain dan sudah bisa diajak berbagi. Ditahun ketiga sekolahnya, kakak begitu aku biasanya memanggilnya. Kakak tidak terlalu senang dengan hasil raportnya yang menurun, walaupun menurutku secara keseluruhan hasilnya tidak mengecewakan. Kakak kecewa tetapi bertekad untuk lebih baik disemester depan. "Bukan nilai yang menjadi ukuran kakak pintar atau tidak", "ucapku". Aku lebih suka anakku menikmati belajarnya dengan senang hati bukan dengan mengejar rangking. Sistem Ranking Kelas bagiku lebih banyak dampak negatifnya .

Secara sadar guru telah mengelompokkan siswa yang pintar dan tidak pintar, maka sesungguhnya kita telah memberikan cap tertentu bahwa si A “bodoh” sedangkan si B “pintar”. Padahal secara teoritis semua anak yang lahir adalah unik dan mempunyai kelebihan dan kekurangan .

Menjadi tugas guru dan orang tua untuk dapat mengembangkan apa yang menjadi potensi anak.. mungkin banyak anak-anak Indonesia yang pintar, cerdas, jenius, –baik IQ, EQ dan SQ, tapi karena sistem ini akhirnya apa yang menjadi potensi anak-anak tersebut tidak berkembang? Dimana semua orang memiliki kecerdasan yang berbeda-beda dan juga bidang yang berbeda.. seperti pembagian kekuatan otak kiri dan otak kanan.. Dimana si A yang tadinya dianggap bodoh justru mempunyai kelebihan dalam hal-hal tertentu, dan si B yang dianggap pintar tetapi tidak mempunyai kelebihan yang ada di A.

Bila seperti ini, maka masih pantaskah kita mengkelompokan kepandaian seorang anak? Dalam teori-teori Barat pun mengakui bahwa dalam setiap kelas dan di kelas tersebut jika dibagi menjadi beberapa kelompok maka kelompok tersebut harus terdiri dari mereka yang pintar, agak pintar, dan kurang pintar –artinya semua siswa pintar, hanya kurang pada hal tertentu.

Sebaiknya orang tua dan guru bila melihat bahwa anak telah memberikan usaha terbaiknya, apresiasilah berapapun nilai yang diperolehnya karena berarti ia telah berusaha mengerahkan segala kemampuannya . tetapi bila orang tua dan guru melihat bahwa anak belum mengunjukkan upaya terbaiknya, bantulah anak untuk dapat mengerahkan segala kemampuanya Artinya orang tua dan guru mendidik anak dan diri mereka sendiri untuk lebih menghargai proses yang dia lalui dibandingkan dengan hasil yang didapat.

No comments:

Post a Comment