Pages

Friday, May 15, 2009

100 – 10

Menjelang ujian semester yang kurang lebih satu bulan lagi. Kakak hafidz dan adek Ilal lebih sering berlatih soal – soal untuk persiapan ujian semester nantinya.
Mereka rebutan untuk dapat menyelesaikan soal –soal lebih cepat dan juga dapat nilai 100.

Mula – mula suasana belajar yang tenang menjadi heboh, Kakak hafidz telah menyelesaikan soal matematikanya ternyata ada yang salah gak jadi deh dapet nilai 100. Mulai melancarkan rayuannya sama Ibu untuk memperbaiki yang salah agar nilainya jadi 100. ” Kakak, bukan nilai 100 nya yang kakak perlu, tapi kakak mengerti mengerjakan soal – soal itu”, bujukku.

Akhirnya kakak mau menerima nilai 90 nya. Kemudian adek Ilal sudah menyelesaikan soal – soal matematika yang diberikan kepadanya. Lagi – lagi adek Ilal pun ada yang salah. Kakak Hafidz senyum –senyum karena nilai adek Ilal sama dengannya. Adek Ilal tidak mau nilainya tidak 100, akhirnya adek Ilal menangis.

Ibu mulai membujuk adek Ilal, tetapi adek tetap menangis. Supaya adek Ilal tidak menangis ibu memberi nilai adek 100 – 10. Dan cara ini cukup ampuh adek Ilal berhenti menangis. Adek senang karena dapat nilai 100 walaupun dikurang 10. Sewaktu adek Ilal ditanya Ibu, Berapa dek 100 – 10 ? 90 bu, ” jawab adek Ilal. Adek Ilal mengerti tetapi adek Ilal suka ada tulisan 100.