Pages

Friday, February 20, 2009

Membuat Film versi Adek Ilal




Setiap listrik padam selalu saja menjelang maghrib, kalau sudah begini males buat ngapa-ngapain. Paling – paling duduk menunggu listrik menyala kembali. Malam kemarin listrik padam, rupanya untuk mengisi rasa bosan menunggu listrik menyala yang biasanya gak tentu bisa ± 1 – 2 jam bahkan lebih.

Diruang tamu yang hanya disinari oleh cahaya lilin adek Ilal mengatakan mau buat film dalam bentuk bayangan. Yang jadi pemainnya kakak Hafidz, ayuk Ica dan ayuk Ifa. Ceritanya dunia binatang dimulai dari burung – burung yang terbang oleh ayuk Ica dengan menggunakan kedua telapak tangan ayuk yang ditelungkupkan kemudian digerak gerakan seperti burung sedang terbang.

Lalu dilanjutkan dengan cerita pertarungan ular versus buaya oleh kakak hafidz dan ayuk Ifa. Setelah keduanya lelah adek aufa sekarang yang beraksi mulai menari – nari mengikuti irama lagu ayuk Ica ” Goyang Duyu”.

”Bu nontonnya gratis kan, gak pakek tiket yach”, Celoteh Ilal. Aku tertawa saja, tak berapa lama kemudian listrik menyala lagi. Muncul keributan baru, rebutan meniup lilin rupanya ilal kurang cepat didahului kakak Hafidz, nangis deh ilalnya. Hk.......hk......hk........ akhirnya adek Ilal dibujuk untuk meniup lilin yang ada diruang makan.

Sebelas Tahun Ayah.............................







Daisypath Anniversary tickers



Alhamdulillah, sebelas tahun sudah aku jalani bersamamu. Tidak terasa seperti baru kemarin semuanya. Terima kasih atas semua kasih sayang, selalu memotivasi aku untuk lebih baik. Makasih atas kesabarannya karena aku sering membantah, suka maunya sendiri,. Dan terlebih lagi terimakasih dengan tiga malaikat kecil penjaga ibu, ketika ayahnya jauh.

Satu yang pasti setiap berganti tahun, aku bertambah sayang padamu. Aku ingin terus bersamamu sampai maut yang memisahkan kita.

Jalan masih panjang untuk menuntaskan cita-cita kita, mengantarkan anak kita menjadi generasi yang sholeh dan selalu bermanfaat buat orang-orang disekitarnya. Amien!!!!

Masih ada mimpi ayah mempunyai perusahan yang bisa berbagi adil dengan karyawan semua saling menguntungkan, tidak ada pihak yang tertindas. Tempat bernaung banyak keluarga. Dan kita akan selalu berusaha mewujudkannya. Amien!!!!!!

Home Schooling Buat Adek Ilal

Ada kekhawatiranku dan ayahnya mengenai pendidikan adek Ilal. Mengingat uniknya adek Ilal, belum tentu guru SD bisa menerima dan mengerti sebagaimana guru – guru TK adek Ilal. Untuk hal ini aku gak boleh berburuk sangka dulu dan ini pun belum dijalani.

Guru wali kelas Ilal di TK pernah membicarakan masalah ini denganku, beliau menyarankanku untuk dapat memilih sekolah yang lebih bisa melihat potensi Ilal. Karena di SD pendekatan pada si anak beda dengan di TK.

Akhirnya setelah didiskusikan kami (aku dan ayahnya) memutuskan untuk Ilal lebih bagus adalah Home Schooling (HS). Karena di kota kami belum ada HS maka adek Ilal kami daftarkan di salah satu HS di Jakarta.

Dan.............................. ketika tiga hari lagi sekolah regular dimulai, adek minta disekolahkan disekolah yang sama dengan kakaknya. Aku bingung plus terkejut karena HS nya sudah didaftarin, sesuai dengan saran ayahnya ikuti saja dulu maunya adek Ilal sambil dia bertanggung jawab dengan pilihannya.

Rupanya si adek bersikeras mau sekolah di sekolah yang sama dengan kakaknya karena adek Ilal suka dengan seragam sekolah kakak!!!!!!!!!!

Uniknya Setiap Anak



Adek Ilal sewaktu kecil diem banget, sibuk dengan dirinya sendiri sampai tahun kedua usianya bila tidak ingin dikatakan tidak ada komunikasi. Ilal cuma mau ngomong bila dia perlu saja, seperti dia lapar atau meminta sesuatu yang dia mau.

Sejauh itu kami (aku dan ayahnya) terus mencari solusi buatnya. Sampailah kepulangan kami ke Palembang, rupanya dikota ini adek mengalami kemajuan, ini sewaktu umur adek ilal 3,5 tahun. Mungkin disebabkan suasananya, disini Ilal lebih sering berinteraksi dengan lingkungan barunya, dimana banyak sepupu – sepupunya jadi sering bermain bersama mereka.

Kemampuan bicara adek Ilal nyaris seperti gak ada proses. Karena setelah dia bicara, bicaranya lancar (maksudnya gak pakek cadel seperti layaknya anak belajar bicara). Entahlah mungkin selama ini adek memang malas untuk bicara.

Sesuatu yang sampai sekarang Ilal suka adalah komputer. Kalau untuk bermain game Ilal tidak terlalu suka tetapi maunya mengotak-atik komputer terkadang setting komputer yang dirubah atau menginstall apa yang adek mau.

Adek ilal masuk sekolah

Di Jakarta adek Ilal sudah ikut Play – Group jadi ketika di Palembang dilanjutkan ke sekolah TK. Disekolah baru ini aku berterima kasih banget dengan guru – gurunya (Makasih yach bu ! Untuk ibu Rita, Ibu Ida, Ibu Nunung dan Ibu Sumirah). Mereka sabar banget!!!! Karena Ilal anaknya gak bisa diem, gak bisa duduk manis, dan aktif sekali.

Adek Ilal juga bosan kalau sudah bisa satu pelajaran, dia gak mau mengulangnya maunya yang lain lagi. Dan................... ini masih terjadi disekolahnya sekarang, SD.
Alhamdulillah, dengan kemajuan-kemajuan Ilal dan akhirnya sampai pada kejuatan baru berikutnya adek Ilal bisa membaca. Karena di TK A ini belum diajarkan membaca. Rupanya adek suka ikut belajar bersama dengan sepupunya yang sudah di kelas persiapan SD belajar membaca. Dan adekpun tertarik melihat sepupunya belajar membaca. Sebenarnya aku sudah berencana mau di privatkan saja membacanya, gak jadi deh..........
Makasih dek yach!!!!!!!!!!!

Tuesday, February 10, 2009

Semangat Belajar Kakak Hafidz

Satu minggu ini, kakak Hafidz malas belajar, kalau ditanya ada PR pasti jawabnya gak ada atau udah selesai dibuat. Entahlah mungkin kakak Hafidz jenuh atau memang lagi malas dan maunya diturutin untuk main video games.

Bila sudah seperti ini, memang harus agak keras untuk memintanya mengerjakan tugas – tugas sekolahnya. Karena nantinya akan susah mengerjakan tugas sekolah yang terus bertumpuk. Apalagi di sekolah kakak Hafidz yang muatan agamanya banyak, tentu mata pelajarannya jadi lebih banyak dari sekolah SD pada umumnya.

Untuk pelajaran Al-Quran dan Hadist yang ada hapalannya,
wow................................. susahnya karena setiap dua – tiga minggu ada satu surat dan beberapa hadist yang harus dihafalnya. Tetapi hafalan – hafalan itu bisa dicicil sampai akhir semester, bagi hafidz menghapal ini bukan perkara mudah karena kakak tidak begitu suka dengan pelajaran hapalan. Ini terbukti pada semester kemarin kakak baru dapat menyelesaikan seluruh hapalannya ketika satu minggu lagi ujian semester berlangsung.

Sekarang di semester dua ini untuk menghapal semua itu, cara menghapalnya dimulai dari mau tidur jadi sebelum baca do’a mau tidur kakak mengulang satu hadist rupanya dengan cara ini kakak tidak merasa terbebani dengan hapalan yang banyak

Saturday, February 7, 2009

” Bintang dan Lingkaran Merah ”

Aku jadi ingat dulu sewaktu kakak Hafidz masih sekolah TK di Jakarta. Ada satu metode yang diberikan oleh ibu gurunya, yaitu memberi bintang dari kertas untuk anak yang melakukan apa saja dengan baik. Misalnya anak – anak mau mengerjakan tugas dengan gembira, bisa duduk manis, tidak mengganggu teman, tidak cengeng dan lain – lain. Nanti pada saat bagi raport anak – anak dibagikan bintang – bintang tersebut sesuai dengan yang dikumpulkannya selama satu semester.

Aha.......... mengapa tidak kucoba saja metode ini untuk mebuat kakak Hafidz dan adek Ilal menjadi lebih mandiri. Maka kubuatlah di sebuah buku yang isinya berupa kegiatan sehari – hari mereka. Dan bila dilakukan tanpa diminta jadi dengan kesadaran dan tanggung jawab sendiri maka untuk mereka aku beriakan satu bintang.

Misalnya sudah bisa menyiapkan buku pelajaran untuk besok hari, merapikan buku – bukunya, merapikan tempat tidurnya. Mengerjakan PR tanpa diminta dan lain – lain. Rupanya cara ini membuat mereka gembira, adek Ilal yang lebih mandiri dari kakak Hafidz untuk satu minggu pertama telah mendapat tiga bintang, tetapi kakak pun tidak mau ketinggalan untuk mengumpulkan bintang – bintang. Karena buat rewardnya nanti minta sama ayah.

Kemudian adek Ilal usul kalau semuanya gak bisa ngerjain sendiri, selalu disuruh dulu, selalu diminta dulu maka dapatnya ” lingkaran merah ”. Aku tertawa dengan usul adek Ilal. Akan kulihat dulu sampai dimana hasilnya dengan metode ini.

Adek Aufa Kangen Ayah



Anak bungsuku, adek Aufa umurnya 1 tahun 9 bulan sudah bisa mengekspresikan perasaannya. Adek mulai belajar manja – manja dengan ayah, Desember tahun kemarin. Karena ayah di Palembang lebih lama, artinya waktu bertemu ayah jadi lebih lama juga. Kemudian adek Aufa ikut ayah dan ibu ke Jakarta. Di Jakarta adek benar – benar gak ada saingan untuk mencari perhatian ayah.

Kemudian Adek dan ibu pulang lagi ke Palembang. Lalu rutinitas seperti biasa menunggu ayah pulang dari Jakarta. Satu minggu ini, adek sepertinya kangen banget sama ayahnya. Terkadang sedang duduk manis si adek menjerit memanggil ayah. Tetapi yang lebih sering dilakukanya sekarang adalah memandang foto ayah, sambil memanggil ayah......ayah.....

Bila ayah telepon, dia sudah tahu oh..... itu suara ayahnya. Karena Aufa suka sekali mendengar musik, dia ikutan menyanyi sambil menari sesukanya. Di telepon biasa si adek diajak bernyanyi sama ayah. Ketika ayah bilang meletus balon hijau..........Dan si adek nyambung Darrrr...............

Hilang Lagi........... Hilang Lagi...........

Disekolah yang baru ini, seharusnya adek Ilal sudah bisa menjaga peralatan sekolahnya karena adek sudah di SD. Mungkin karena gak ngerti atau juga adek memang gak telaten dengan barang – barang miliknya.

Tiga bulan pertama adek sekolah, hampir tiap hari selalu ada saja yang hilang kalau bukan pensil, yah penghapus atau juga penggaris. Pernah juga tempat makan (box kue) yang tinggal disekolah. Peralatan yang hilang disebabkan tinggal di sekolah atau juga memang diambil oleh temannya.

Mulanya supaya tidak diambil temannya, aku label semua peralatan sekolah adek Ilal. Dan setiap pagi selalu diingatkan agar adek dapat menjaga barang – barang miliknya. Lalu setiap adek pulang sekolah aku periksa tasnya disamping memantau belajar apa adek hari ini juga melihat ada tidak yang hilang hari ini???????

Bila tidak ada yang hilang adek dapat pujian : Adek pinter, Ilal sudah bisa tanggung jawab dengan barang – barang miliknya. Dan bila selama seminggu tidak ada yang hilang karena tinggal atau diambil temannya, adek Ilal dapat reward berupa boleh main komputer dengan tambahan waktu 30 menit.

Adek Ilal Diganggu Teman

Adek Ilal, anak keduaku ini lucu, cuek dan cenderung pengalah. Di awal masuk sekolah dia suka mengadu, sering dijahilin temannya. Terkadang sambil bercerita dia menahan tangisnya, sebab kata ayah anak laki – laki tidak boleh menangis, kalau harus menangis gak boleh lama jadi air matanya harus cepet dihapus.

Perbedaan suasana sekolah dari TK ke SD mungkin membuat adek Ilal gak nyaman. Aku bukan mau keras dengan anakku karena bila dia mengadu aku tidak membelanya. Tujuanku adalah agar adek bisa menyelesaikan masalahnya sendiri. Karena anak sekecilnya paling khan berantem dengan temannya.

Tetapi untuk perlakuan kasar dari temannya si adek harus bisa mengatakan dia tidak suka diperlakukan seperti itu. Dan bila sakit tentu adek Ilal boleh membalasnya. Dengan catatan adek gak boleh menyerang atau memukul lebih dahulu.

Aku juga tidak menginginkan anakku tumbuh seperti jagoan, yang terpenting adek Ilal dapat menjaga dirinya

Pulang Dulu ke Jakarta

Awal tahun yang baru dimulai, aku pulang dulu ke Jakarta. Mulanya aku mau menenangkan pikiran sekaligus penyegaran untuk memulai hari yang baru. Tetapi baru dua hari aku di Jakarta, aku kangen berat dengan kedua anakku yang kutinggal dengan neneknya di Palembang.

Tiap hari mereka kutelepon, untuk memantau keadaan mereka, selalu rutin di jam yang sama. Pagi hari telepon kakak Hafidz, siang hari telepon adek Ilal, karena kakak dan adek jam sekolah berbeda. Kakak masuk siang hari, adek Ilal masuk pagi hari. Terakhir setelah mereka makan malam dan belajar.

Ada positive nya selama mereka kutinggal, kakak menjadi lebih mandiri dan juga bisa disiplin, semuanya dikerjakan tanpa diminta. Begitu cerita nenek dan tantenya. Aku senang mendengar perubahan baik itu pada mereka, tapi bertahankah bila ibunya sudah kembali lagi bersama mereka???????.......................................................

Menunggu hari untuk pulang lagi ke Palembang benar – benar terasa begitu lama. Ya.... seperti lagu ’Mengitung Hari’ nya Melly. Ketika saatnya tiba ada saja hal - hal yang membuat harus lebih sabar, mulai dari jalanan macet menuju bandara sampai dengan pesawat delay ± 2 jam.

Alhamdulillah................ sampai juga di Palembang, rupanya dua malaikat kecilku sudah menunggu dari sore hari. Akhirnya bebas sudah rasa kangenku pada mereka yang kupendam selama ± 3 minggu.

Tuesday, February 3, 2009

Handphone Buat Kakak Hafidz.

Hari ulang tahun kakak masih lama, masih dalam hitungan bulan. Tetapi kakak sudah mengatakan kepadaku, tentang hadiah yang akan dimintanya. “Bu, nanti kalau kakak ulang tahun kakak mau hadiahnya handphone, ya ?” pinta kakak Hafidz dengan sedikit manja. “Terus nanti handphonenya ada kamera, ada gamesnya, bisa MP3 Player, bisa ini, bisa itu” lanjutnya. Oh……. Rupanya anakku sudah mulai tertular dengan apa yang dibawa teman-temannya, walaupun benda ini dibawa secara diam-diam ke sekolah.

Disekolah kakak Hafidz ada peraturan bahwa siswa tidak boleh membawa handphone, karena mereka cenderung untuk main games di handphonenya. Memang ada sebagian anak yang memang difasilitasi oleh orang tuanya alat komunikasi itu. Tetapi untuk kakak Hafidz sejujurnya kukatakan, kakak belum perlu.

 Dari segi kebutuhan kakak memang belum membutuhkannya karena kakak hafidz ke sekolah naik mobil antar jemput, tidak pergi dan pulang sendiri.
 Dari segi ekonomi, dengan handphone seperti yang kakak Hafidz inginkan tentu harganya mahal, malah nantinya hanya buat pamer, artinya sudah mengurangi kegunaan dari handphone sebagai alat komunikasi.
 Pasti ada tambahan biaya untuk itu, dengan pembelian pulsa setiap bulannya.

Nanti tentu harus dicari cara untuk menerangkan kepadanya, bahwa kakak belum membutuhkan benda tersebut. Bila sudah waktunya nanti, dan kakak Hafidz sudah besar tentu lebih baik memberikan handphone yang punya fasilitas sesuai dengan kebutuhannya. Dengan catatan : pulsa yang diberikan adalah prabayar untuk lebih dapat mengatur pengeluaran bulanannya.

Jadi hadiah ulang tahun kakak Hafidz yang ke 8 ini, tentu saja seperti biasa yaitu menambah koleksi buku bacaannya.

Monday, February 2, 2009

Video Games Kakak Hafidz

Pulang dari sekolah, kakak hafidz sudah merengek-rengek minta main video games. Dia sudah duduk di depan komputer untuk mulai main games kesukaannya. Kebiasaan main games ini dimulai dari si kakak belum masuk sekolah, mula-mula hanya untuk memperkenalkan anak dengan komputer. Rupanya kegiatan ini lama-lama dapat membuatnya ketagihan. Kakak mulai besar sudah masuk sekolah TK. Kakak mulai menikmatinya, apalagi kalau dapat games-games yang baru,. tidak mau berhenti kalau belum menang atau selesai, games- games itu membuatnya menjadi penasaran. kami menyeleksi games apa yang boleh kakak Hafidz dan adek Ilal boleh mainkan tentunya harus sesuai dengan umurnya, dan tidak ada kekerasan. Akhirnya kami buatlah peraturan, kakak Hafidz tetap boleh main games tetapi ada batasan-batasanya.

 Ketika masih TK kakak hafidz boleh main games 3 – 4 kali dalam seminggu dengan syarat : sudah makan siang dan bobo’ siang.
 Sekarang setelah sudah besar kakak hanya boleh main games 2 kali dalam seminggu, dengan syarat : sudah makan, sudah bobo’ siang dan sudah buat PR.
 Untuk berapa lama bermain video gamesnya biasanya diatur dalam hitungan 15 – 30 menit bergantian dengan adek Ilal. Walaupun adek Ilal tidak begitu suka main games, karena si adek lebih suka mengotak-atik computer lalu meng-install apa yang dia suka.

Karena main video games adalah salah satu kesenangan Kakak Hafidz, biasanya kami manfaatkan menjadi suatu hukuman baginya, untuk tidak boleh main games dalam waktu tertentu. Bila kakak suka mengganggu adeknya, seperti biasa kakak memang jahil.
Tetapi kami juga memberinya reward berupa games-games baru bila kakak melakukan sesuatu yang baik, misalnya nilai raportnya bagus, atau kakak sudah bisa diberi tanggung jawab untuk menjaga adiknya.

Nabung yuk, nak !!!!!

“Ibu, tambahin uang jajan kakak, ya?” rengek anakku yang sulung. Sekarang kakak sudah kelas III SD dengan uang jajan Rp. 1.000,00. plus satu botol air minum, yang dibawanya kesekolah setiap harinya. Dan akhirnya dengan negosiasi uang jajan kakak dinaikkan 100%.

Untuk adek ilal yang kelas I SD memang sedikit repot, sebab setiap hari dibawakan bekal sekolah karena si adek belum mengerti jadi tidak dapat jajan sendiri. Dulu sewaktu kakak hafidz kelas I SD, sama saja seperti adiknya dibawakan bekal ke sekolah. Setelah kelas II SD barulah si kakak dapat jajan sendiri.

“Kalau uang jajan sudah dinaikkan, memangnya harus dihabiskan, kak?” tanyaku pada si kakak. ”Gimana kalau ditabung?” sambungku.

Kemudian aku menyuruhnya menulis semua keinginannya, setelah itu dibaca bersama.. “Oh…… banyaknya juga yah keinginannya” kataku. Dari mulai komik, DVD games sampai Handphone. Si kakak tertawa saja. Dan semuanya harus dibeli pakai uang. Kasihan Ayah kalau semuanya mau dikabulkan.

Kalau kita mau menabung nanti pada saat kita butuh sesuatu kita dapat mempergunakannya. Disamping itu supaya kakak belajar bersabar apa yang diinginkannya tidak dapat hari itu juga dia dapatkan. Dan juga sebenarnya aku hanya mengajarkan kepada kakak agar tidak boros dan dapat bersyukur dengan rejeki pemberian Allah.

Sekarang kakak belajar menabung dengan menyisihkan uang jajannya, lalu dicatat tabungannya sudah berapa banyak, memang sich agak repot buatku. Tetapi kakak gembira dengan kegiatan menabungnya. Alhamdulillah artinya kakak tidak terpaksa melakukannya.

Jajanan Pada Anak

Jajan terkadang merupakan kegiatan rutin dari anak-anak, baik di rumah maupun di sekolah. Apalagi di lingkungan dimana semua anak-anak sepertinya berlomba-lomba siapa yang paling banyak jajannya. Ironisnya merupakan kebanggaan orangtua kalau dapat memberikan jajan yang banyak untuk anaknya, semacam prestise tersendiri.

Betapa banyaknya jajanan yang tidak aman dikonsumsi untuk anak, karena adanya sejumlah bahan yang ditambahkan pada jajanan tersebut dari mulai dari : pemanis, seperti aspartame, siklamat, dan sakarin, bahan-bahan tersebut merupakan pemanis buatan yang sering ditambahkan pada jajanan anak-anak baik makanan maupun minuman .

Lalu ada juga pewarna, untuk makanan anak-anak biasanya dikemas semenarik mungkin dengan warna-warni, bahan pewarna buatan yang sering ditambahkan pada jajanan anak-anak seperti rhodamin B (warna merah) dan methanil yellow (kuning). Kedua zat tersebut biasanya digunakan untuk pewarna tekstil.

Kemudian ada juga pengawet yang ditambahkan berupa formalin, yang biasa digunakan untuk mengawetkan jasad makhluk hidup. Untuk makanan berupa kerupuk dan bakso biasa ditambahkan boraks sebagai pengenyal. Sedangkan untuk memberikan rasa gurih dengan penambahan MSG. Dampak dari mengkonsumsi jajanan yang mengandung bahan-bahan tersebut diatas pada tubuh mulai dari gangguan ringan seperti gatal, mual, diare sampai gangguan yang berat yaitu kerusakan bagian organ tubuh dalam seperti gangguan hati dan sebagainya, apalagi bila dikonsumsi dalam waktu yang lama dan sering.

Aku biasakan anakku untuk memilih makanan yang halal dan juga sehat, untuk makanan yang biasa dijual disekolah berupa makanan yang diolah sipenjual anakku tidak suka, mungkin karena tidak dibiasakan dari kecil. Sedangkan untuk makanan pabrikan berupa snack anak-anak kami membiasakannya dengan memilih label halal yang ada dikemasannya.